Apa yang terjadi kemarin, hari ini, dan esok adalah bagian dari hidup. Setiap orang telah ada takdirnya. Hal ini tak akan bisa ditolak. Dan kita yang paham dengan itu, tentu dapat merasakan bagian-bagian dari hidup tersebut.
Contoh kecil, rasanya baru kemarin kita diantar orang tua untuk menempuh pendidikan di sekolah dasar. Namun, sekarang, kita yang mengantarkan anak kita untuk sekolah. Contoh lain, rasanya baru kemarin kita disibukan dengan hiruk pikuk pesta demokrasi pada 2004. Dan pada April kemarin tahun ini kita juga melakukan hal yang sama seperti lima tahun lalu. Trus, rasanya baru kemarin kita melakukan pemilihan presiden. Hal yang sama juga kita lakukan pada Juni tahun ini juga. Dan yang paling anyar, rasanya baru kemarin Mbah Surip melejit dengan 'Tak Gendong' nya, dua hari lalu dia telah pergi ke cakrawala dimana kita semua juga akan menuju kesana.
Ada bagian perjalanan hidup ini yang direncanakan dan tidak sedikit pula yang tidak kita ketahui sama sekali. Namun dia pasti kita dapati. Ya, contohnya seperti Mbah Surip.
Dari perjalanan yang dilakukan itu, tentunya ada saat-saat sulitnya dan ada juga masa senangnya. Untuk sekolah dulu misalnya. Orang tua kita tentu bersusah payah mencari uang, menyediakan waktu, mengajarkan, dan memotivasi kita untuk terus belajar hingga seperti sekarang ini. Setelah kita berhasil dan memiliki keluarga, mereka merasa bangga, ternyata masa sulitnya dulu telah berbuah. Atas usaha orang tua kita itu, tidak sedikit kita melontarkan pujian, sanjungan, penghargaan, dan kata-kata indah lainnya untuk mereka. Begitu juga dengan Mbah Surip. Beliau untuk mencapai masa emasnya bukanlah dalam waktu yang singkat. Sangat banyak rintangan, cobaan, bahkan makian yang diterimanya. Masa-masa tidak enak tersebut dilaluinya dengan penuh perjuangan. Dan akhirnya, di ujung-ujung hidupnya dia memperoleh apa yang sebenarnya meski diperolehnya.
Dari semua itu, ternyata, dari sebagian kita saat ini, masih ada juga yang tidak siap dan mau dengan kesulitan-kesulitan yang memang seharusnya dilaluinya. Mereka kerap beranggapan, apa yang didapati dalam hidupnya kini adalah sebuah takdir yang buruk. Sebuah bagian yang menurutnya tidak pantas dirasakannya. Dan yang lebih tidak baiknya, sering kali dia membandingkan apa yang dirasakannya dengan apa yang diperoleh orang lain. Padahal dia tidak tahu, orang yang menjadi pembandingnya itu juga (mungkin) merasakan kesulitan yang dirasakan dirinya. Bahkan mungkin lebih sulit.
Padahal kalau kita kaji lebih dalam dan jujur, sesungguhnya, beruntunglah orang-orang yang diberi kesulitan. Sebab apa? Dengan kesulitan orang akan dicerdaskan. Karena kesulitan itu orang akan dicintai. Dan dengan kesulitan itu pula orang akan dikagumi. ***