07 Agustus, 2009

Elegi Hari Ini

Apa yang terjadi kemarin, hari ini, dan esok adalah bagian dari hidup. Setiap orang telah ada takdirnya. Hal ini tak akan bisa ditolak. Dan kita yang paham dengan itu, tentu dapat merasakan bagian-bagian dari hidup tersebut.
Contoh kecil, rasanya baru kemarin kita diantar orang tua untuk menempuh pendidikan di sekolah dasar. Namun, sekarang, kita yang mengantarkan anak kita untuk sekolah. Contoh lain, rasanya baru kemarin kita disibukan dengan hiruk pikuk pesta demokrasi pada 2004. Dan pada April kemarin tahun ini kita juga melakukan hal yang sama seperti lima tahun lalu. Trus, rasanya baru kemarin kita melakukan pemilihan presiden. Hal yang sama juga kita lakukan pada Juni tahun ini juga. Dan yang paling anyar, rasanya baru kemarin Mbah Surip melejit dengan 'Tak Gendong' nya, dua hari lalu dia telah pergi ke cakrawala dimana kita semua juga akan menuju kesana.
Ada bagian perjalanan hidup ini yang direncanakan dan tidak sedikit pula yang tidak kita ketahui sama sekali. Namun dia pasti kita dapati. Ya, contohnya seperti Mbah Surip.
Dari perjalanan yang dilakukan itu, tentunya ada saat-saat sulitnya dan ada juga masa senangnya. Untuk sekolah dulu misalnya. Orang tua kita tentu bersusah payah mencari uang, menyediakan waktu, mengajarkan, dan memotivasi kita untuk terus belajar hingga seperti sekarang ini. Setelah kita berhasil dan memiliki keluarga, mereka merasa bangga, ternyata masa sulitnya dulu telah berbuah. Atas usaha orang tua kita itu, tidak sedikit kita melontarkan pujian, sanjungan, penghargaan, dan kata-kata indah lainnya untuk mereka. Begitu juga dengan Mbah Surip. Beliau untuk mencapai masa emasnya bukanlah dalam waktu yang singkat. Sangat banyak rintangan, cobaan, bahkan makian yang diterimanya. Masa-masa tidak enak tersebut dilaluinya dengan penuh perjuangan. Dan akhirnya, di ujung-ujung hidupnya dia memperoleh apa yang sebenarnya meski diperolehnya.
Dari semua itu, ternyata, dari sebagian kita saat ini, masih ada juga yang tidak siap dan mau dengan kesulitan-kesulitan yang memang seharusnya dilaluinya. Mereka kerap beranggapan, apa yang didapati dalam hidupnya kini adalah sebuah takdir yang buruk. Sebuah bagian yang menurutnya tidak pantas dirasakannya. Dan yang lebih tidak baiknya, sering kali dia membandingkan apa yang dirasakannya dengan apa yang diperoleh orang lain. Padahal dia tidak tahu, orang yang menjadi pembandingnya itu juga (mungkin) merasakan kesulitan yang dirasakan dirinya. Bahkan mungkin lebih sulit.
Padahal kalau kita kaji lebih dalam dan jujur, sesungguhnya, beruntunglah orang-orang yang diberi kesulitan. Sebab apa? Dengan kesulitan orang akan dicerdaskan. Karena kesulitan itu orang akan dicintai. Dan dengan kesulitan itu pula orang akan dikagumi. ***

26 Juni, 2009

Dari Atas Turun ke Bawah
Bebeberapa hari lalu, saya punya pengalaman menarik, Saya jalan-jalan ke pasar tradisional, yaitu Samarinda, Jodoh (batam red) Di tengah keramaian pasar, saya melihat seorang ibu yang sedang membeli ikan segar.
Namun anehnya, saat memilih ikan itu, sang ibu selalu menciumi kepala ikan. Perasaan ingin tahu muncul di benak saya. Ada apa sebenarnya dengan ikan-ikan itu? Dengan langkah berani lalu saya menghampiri ibu tadi dan bertanya,
“Maaf bu, mau tanya, kenapa ikan-ikan yang ibu beli tadi kepalanya pada diciumi semua. Memangnya, ada apa dengan ikan-ikan itu?” Lantas sang ibu tadi menjawab,”Begini mas, saya ciumi kepala ikan-ikan tadi hanya untuk memastikan saja apakah ikan itu betul-betul segar atau sudah busuk.
Dengan menciumi kepalanya sudah ketahuan apakah ikan itu masih segar atau tidak, dan kalau ternyata kepalanya sudah busuk maka tubuh ikan itu juga busuk, Mas.”
Mendengar penjelasan ibu tadi, saya langsung ingat sebuah falsafah Yunani kuno yang mengatakan ”proses pembusukan ikan dimulai dari kepalanya. Jadi, kalau kepalanya sudah mulai membusuk, maka anggota tubuhnya yang lain juga ikut membusuk. Sebaliknya, kalau kepalanya masih segar otomatis tubuh ikan itu masih segar bugar. Dari pengalaman tersebut di atas dapat dideskripsikan betapa sangat menentukannya peran kepala, baik kapasitasnya sebagai kepala rumah tangga atau kepala sebuah instansi. Seseorang yang menjadi kepala dalam suatu instansi atau dalam lembaga-lembaga lainnya akan memiliki pengaruh signifikan terhadap bawahannya. Bahkan dapat dikatakan nasib bawahannya bergantung pada kebijakan kepala itu. Nah, bila rumah tangga atau kepala instansi kita dipimpin oleh seorang kepala yang busuk maka secara otomatis kita akan mengalami pembusukan massal dalam semua sendi kehidupannya. Sebaliknya, apabila yang memimpin adalah seorang kepala yang segar maka seluruhnya akan menjadi bugar.Marilah kita menjadi pemimpin yang cerdas demi kebaikan semua orang yang kita pimpin. Jangan sampai kita mengejar kebahagiaan sesaat dan mengorbankan kebahagiaan jangka panjang.

02 Juni, 2009

Berkhayal (andaikata,umpama,misalnya)

Berkhayal merupakan aktifitas yang menyenangkan, karena kegiatan ini mudah dilakukan dan gratis, karena kita tidak perlu mengeluarkan uang sedikitpun. Namun, sering berkhayal bisa membawa dampak yang membahayakan. Jika kita berkhayal sambil mengendarai motor/mobil, maka kecelakaan akan menanti. Jika kita mendengarkan ceramah guru/dosen sambil berkhayal, maka penghapus siap melayang dimuka kita. Dan masih banyak lagi akibat-akibat lainnya yang akan terjadi. Akan tetapi, jika kita ingin berkhayal sebaiknya dalam kondisi diam atau duduk di rumah tanpa melakukan aktifitas apapun.Meskipun ada dampak buruk dari kita suka mengkhayal, juga ada sisi positif dan bermanfaat. Ketika beban kerja menumpuk, atasan sedang marah-marah terus dan klien menunggu tidak sabar, rasanya pasti ingin marah melihat rekan kerja yang lain sedang santai.Tahan emosi dan jangan langsung men-judge rekan-rekan kita dengan kata malas!. Melamun dan berkhayal yang oleh masyarakat dilihat sebagai sebuah aktivitas tidak bermanfaat, sebenarnya dapat menjadi bermanfaat bila berkhayal yang baik.Khayalan yang baik adalah khayalan yang mampu mendapatkan ide-ide tidak terduga. Bahkan mungkin dapat mengarahkan kita untuk menjalin hubungan lebih baik, mengurangi stres dan membuat kita lebih kreatif.Jika kita ingin menulis sebuah buku atau ingin memiliki waktu yang lebih luang, jalani aktivitas keseharian sambil memikirkan keinginan-keinginan tersebut berada dalam benak kita secara berkala. Ini dinamakan dengan menata khayalan, berpikir produktif tentang tujuan-tujuan masa depan yang membuat cita-cita itu dapat diraih.Berkhayal juga dapat menjadi sebuah rehat kecil yang sempurna bagi pikiran. Daripada kita kesal terhadap sesuatu, biarkan pikiran kita ’terbang’ sejenak. Cara ini bukan hanya dapat melepaskan ketegangan, tapi juga dapat membantu kita untuk ’menyegarkan diri’ ketika kembali ke dunia nyata. Perjalanan mental dapat membantu mengurangi iritasi dan emosi negatif lain serta membuat mood kita menjadi lebih baik.Berkhayal dapat membuat kita benar-benar lebih produktif. Contohnya, jika kita memiliki setumpuk tugas yang menyibukkan, duduklah selama 15 menit dan khayalkan sesuatu yang menyenangkan hati. Dengan membiarkan pikiran bergerak bebas, artinya kita memindahkan beban kecemasan, rasa monoton atau takut berbuat salah pergi. Sehingga selesai berkhayal, kita akan lebih semangat untuk menyelesaikan pekerjaan. Bagi yang memiliki pasangan, berkhayal tentang pasangan kita akan membantu kita tetap berhubungan dengannya, sehingga akan membuat kita lebih optimis dalam melihat hubungan kita berdua. Aktivitas seperti ini membuat kita meninjau kembali berbagai keputusan serta memikirkan solusi-solusi baru dari berbagai masalah yang telah lama terpendam. Jadi, sah-sah saja kalau kita berkhayal yang baik untuk menghindari diri dari stres dan juga meredakan ketegangan

06 Mei, 2009


CALON PEMIMPIN MASA DEPAN DI REPUBLIK INI
Mr. GIO SATYA GHANI

04 Mei, 2009

Kearifan Berdemokrasi Pasca Pemilu dan Pilpres 2009

Pemilihan Umum merupakan bagian yang tidak lepas dari suatu kehidupan bermasyarakat yang demokratis. Kalau kita benar-benar merasa menjadi bagian dari suatu negara yang demokratis, dan berkeinginan agar demokrasi di negara kita berjalan dengan baik dan semakin sempurna sesuai yang dicita-cita kan bangsa dan negara, maka pilpres 2009 juga merupakan wahana yang wajib kita ikuti demi tegaknya demokrasi itu sendiri yang bermatabat. Oleh karena itu menurut penulis, puluhan atau ratusan ribu atau bahkan jutaan orang pemegang kartu tanda penduduk dan terdaftar sebagai penduduk, kehilangan hak pilihnya karena nama mereka tak tertera dalam daftar pemilih tetap. Sebagian dari mereka datang ke tempat pemungutan suara pada 9 April lalu, sambil membawa bukti-bukti identitas kependudukan. Tetapi aturan melarang mereka menggunakan hak pilih mereka. Disebabkan halangan administrasi merenggut hak-hak politik mereka, sehingga hak pilih mereka terabaikan. Di tengah sukacita para calon pemenang dan kesibukan partai-partai menyusun koalisi menuju pemilihan presiden Juli mendatang, ada baiknya para pembuat aturan belajar dari kesalahan yang telah terjadi pada saat pemilu yang lalu. Sehingga tercipta demokrasi yang sebenarnya di Indonesia.Bagaimanapun tidak bisa pula kita pungkiri, selama lebih dari 10 tahun terakhir Indonesia telah memberi contoh kepada dunia tentang mengelola demokrasi di masyarakat yang kompleks. Kita tak lagi harus tertunduk inferior saat membincangkan keadaban politik di berbagai aspek forum nasional maupun internasional secara Universal di berbagai belahan dunia.Heterogenitas yang berbasis sebaran geografis, agama, preferensi politik, suku bangsa, tingkat pendidikan, dan golongan sosial ini adalah serangkaian “kemustahilan” Indonesia untuk menjalankan genius sejarah yang bernama demokrasi. Tak berlebihan seandainya, jika kita menyatakan bahwa bangsa ini adalah raksasa kearifan demokrasi dari Timur.“Devil is in the details”Pasca pemilu 2009 dibandingkan pemilu 2004 paling “mendebarkan” dari sisi potensi eskalasi konflik serta exsitensi masyarakat, Hal ini dipicu oleh lompatan perubahan dari berbagai sistem pemilu dan perwakilan politik, kerasnya persaingan para elite dan pertarungan antar caleg dan parpol serta ketatnya aturan parliamentary threshold, terbukanya berbagai kemungkinan jebakan dalam koalisi partai, hingga disorganisasi dan masalah administrasi penyelenggaraan.Hal yang demikian dapat dikatakan juga, inilah pemilu paling menguras energi, baik finansial maupun sosial. Pemilu ini sekaligus merupakan pertaruhan tingkat “kesabaran” diantara kita sebagai anak bangsa untuk menatap optimistis persandingan antara cita-cita demokrasi dan kesejahteraan. Oleh karena itu dalam berkompetisi pilpres Juli 2009 hendaknya diantara calon presiden dan wakilnya, serta parpol pengusung agar dengan arif dan bijak untuk memberikan budaya politik yang santun kepada rakyat dalam berdemokrasi yang sehat dan faer.Untuk itu pasca pemilu kali ini adalah momentum yang sangat penting dalam mempertegas arah konsolidasi demokrasi dan penguatan pelembagaan politik. Harapan kita semua pasca Pemilu 2009 tidak berhenti pada sekedar srimonial belaka serta, ritual sirkulasi elite dan power sharing kekuasaan, tetapi lebih dari itu dapat memberi pesan penting bahwa demokrasi bekerja untuk perbaikan kesejahteraan bangsa dari waktu ke waktu.Salah satu kelemahan proses pemilu, seperti masalah daftar pemilih tetap serta administrasi pendataan, melibatkan kealpaan kita mengawalnya. Kondisi ini menjadi peringatan yang sangat berharga akan pentingnya ketertataan sistem administrasi kependudukan. Pelajaran ini sangat penting yang dapat diambil dalam berdemokrasi tak hanya berimpitan dengan gagasan-gagasan besar tentang perubahan, ideologi, platform, atau desain kelembagaan. Ia juga membutuhkan kehadiran administrasi dan perencanaan yang lebih matang. Kealpaan mengurusnya akan menimbulkan masalah yang sangat serius.Namun demikian menurut penulis, mengamini kelemahan tidak lantas memberikan pembenaran pada sikap gelap mata kontestan untuk menolak tanpa dasar hasil pemilu. Untuk mengatasi hal itu, kita tak diberi kesempatan jangka panjang, Jangka pendek, yang sangat dibutuhkan adalah partisipasi kita semua untuk mengawasi pelaksanaan pemungutan suara hingga penetapan hasil akhir. Jangka panjang, administrasi kependudukan perlu direformasi agar substansi pasca pemilu yang sejatinya memberi hak substansial paling mendasar dalam politik berupa hak pilih tidak ternodai serta terzalimi.

27 Maret, 2009


Politisi Lamar Pekerjaan
Sumpur kudus pun Membuka lowongon


Kampanye parpol dan caleg ibarat pasar malam yang menggelar bazar. Semua obral janji barang murah, Simak saja, di semua panggung kampanye. Parpol dan caleg menjual kecap nomor dan membual janji barang murah, Obral janji itu baik-baik saja. Ya, karena tak ada orang yang mau dijanjikan barang mahal. Semua ingin jadi lebih baik. Apalagi, di tengah kesulitan ekonomi seperti sekarang, janji indah tersebut bisa jadi harapan yang untuk sementara dapat meredakan kesulitan dan penderitaan, Masalahnya, dengan cara apa parpol dan caleg itu dapat memenuhi janji politik di panggung kampanye tersebut? Kalau program, misalnya, praktis selama kampanye yang sudah berjalan seminggu ini tidak pernah dibeber rencana konkretnya.Padahal, semakin konkret suatu janji akan semakin mudah dicatat, juga bakal gampang ditagih di kemudian hari setelah parpol meraih banyak suara dan caleg-calegnya duduk di legislatif.Sebaliknya, jika suatu janji tak konkret, sesungguhnya itu merupakan indikasi bakal bohong. Janji tersebut mustahil bisa ditepati. Sebab, janji yang tidak konkret sulit diwujudkan. Semakin "abu-abu" suatu janji, semakin besar peluang si pembuat janji untuk ingkar.Tetapi, panggung kampanye pemilu di Sumpur kudus memang belum sampai menjadi arena transaksi politik yang riil antara parpol dan calegnya dengan para pemilih.Kampanye dalam banyak bentuk yang bersifat terbuka hanyalah panggung orasi politik. Berikutnya, massa kampanye cuma ingin memperoleh hiburan gratis.Itulah sebabnya suasana gembira menyaksikan atau turut berjoget bersama penyanyi di panggung kampanye sama sekali tidak menjelaskan indikasi partisipasi pemilih.Tidak banyak kaitan, misalnya, antara membeludaknya massa kampanye yang berjoget dengan indikasi besarnya dukungan pemilih dalam pemilu 9 April nanti,Tujuan massa menyemut ke arena kampanye hanyalah ingin mendapatkan hiburan, uang pengganti transportasi, atau sembako yang diberikan gratis oleh parpol yang berkampanye.Dengan kondisi seperti itu, pemilu masih jauh dari ikhtiar politik untuk memperbaiki sistem, atau pembaruan program pembangunan guna menjadikan daerah ini lebih bermartabat. Orasi kampanye Pemilu masih berkutat pada pemberian suara pemilih untuk memberikan "pekerjaan" kepada politisi di dewan. Kita diminta memilih wakil-wakil parpol agar mereka, para caleg dapat bekerja dengan nyaman, menikmati gaji besar dengan fasilitas negara yang menggiurkan.Karena ibarat lowongan kerja, pemilu jadi rebutan banyak pengangguran, Simak saja caleg-caleg baru saat ini. Tidak banyak di antara mereka yang memiliki pekerjaan yang jelas, Mereka menjadi caleg ibarat melamar pekerjaan saja, yang kita takutkan kalau nanti lamaran mereka ditolak... ha.. ini lah yang paling berbahaya,bisa2 mereka nantik jadi gila/stress

18 Maret, 2009

Sumber Daya Alam yang Terabaikan...

Sumpur kudus dikenal dengan nagari yang mempunyai tanah yang subur, air yang jernih, serta penduduk nya yang rajin-rajin, tapi sekali kali marilah kita tengok kedalam apa saja yang bisa dihasilkan masyarakat sumpur kudus dari sumber daya alam yang melimpah tadi, mungkin yang selama ini kita kenal baru berupa Karet, gambir, kopi, kulit manis, dll tapi sebagian dari itu pada saat sekarang ini sudah pada menghilang dari tanah kita, dan yang sangat ironis adalah kebiasan buruk orang kampung kita yang cukup puas dengan membeli semua kebutuhan hidup sehari hari termasuk cabe, bawang, lengkuas, dan yang sangat luar biasa adalah Pucuak ubi, kenapa kebutuhan yang kecil -kecil ini kita belum bisa memenuhi nya sendiri dari hasil pertanian kita?? kenapa tanah yang begitu subur, air yang belum tercemar oleh limbah-limbah industri tidak bisa kita manfaatkan? malu donk kita padahal 85 % dari total penduduk kita adalah berprofesi sebagai petani, tapi sampai hari ini kita untuk membeli setangkai pucuak ubi saja itu harus pergi ke pasar kumanis atau pasar tanjung ampalu, saya yakin dan percaya nanti pada tahun 2010, masyarakat sumpur kudus pasti sudah bisa berswasembada sayur -mayur dan kebutuhan sehari hari... tapi ini semua tidak akan bisa terlaksana kalau semua dari kita tiadk bersatu padu dan lebih meningkatkan rasa kecintaan terhadap kampung dan nagari yang kita cintai ini, dan yang lebih penting lagi arahan dan bimbingan dari pemeritah terutama dari pemkab sijunjung itu sendiri... Jan dicaliak dari jawuah juo lai pak.....