Politisi Lamar Pekerjaan
Kampanye parpol dan caleg ibarat pasar malam yang menggelar bazar. Semua obral janji barang murah, Simak saja, di semua panggung kampanye. Parpol dan caleg menjual kecap nomor dan membual janji barang murah, Obral janji itu baik-baik saja. Ya, karena tak ada orang yang mau dijanjikan barang mahal. Semua ingin jadi lebih baik. Apalagi, di tengah kesulitan ekonomi seperti sekarang, janji indah tersebut bisa jadi harapan yang untuk sementara dapat meredakan kesulitan dan penderitaan, Masalahnya, dengan cara apa parpol dan caleg itu dapat memenuhi janji politik di panggung kampanye tersebut? Kalau program, misalnya, praktis selama kampanye yang sudah berjalan seminggu ini tidak pernah dibeber rencana konkretnya.Padahal, semakin konkret suatu janji akan semakin mudah dicatat, juga bakal gampang ditagih di kemudian hari setelah parpol meraih banyak suara dan caleg-calegnya duduk di legislatif.Sebaliknya, jika suatu janji tak konkret, sesungguhnya itu merupakan indikasi bakal bohong. Janji tersebut mustahil bisa ditepati. Sebab, janji yang tidak konkret sulit diwujudkan. Semakin "abu-abu" suatu janji, semakin besar peluang si pembuat janji untuk ingkar.Tetapi, panggung kampanye pemilu di Sumpur kudus memang belum sampai menjadi arena transaksi politik yang riil antara parpol dan calegnya dengan para pemilih.Kampanye dalam banyak bentuk yang bersifat terbuka hanyalah panggung orasi politik. Berikutnya, massa kampanye cuma ingin memperoleh hiburan gratis.Itulah sebabnya suasana gembira menyaksikan atau turut berjoget bersama penyanyi di panggung kampanye sama sekali tidak menjelaskan indikasi partisipasi pemilih.Tidak banyak kaitan, misalnya, antara membeludaknya massa kampanye yang berjoget dengan indikasi besarnya dukungan pemilih dalam pemilu 9 April nanti,Tujuan massa menyemut ke arena kampanye hanyalah ingin mendapatkan hiburan, uang pengganti transportasi, atau sembako yang diberikan gratis oleh parpol yang berkampanye.Dengan kondisi seperti itu, pemilu masih jauh dari ikhtiar politik untuk memperbaiki sistem, atau pembaruan program pembangunan guna menjadikan daerah ini lebih bermartabat. Orasi kampanye Pemilu masih berkutat pada pemberian suara pemilih untuk memberikan "pekerjaan" kepada politisi di dewan. Kita diminta memilih wakil-wakil parpol agar mereka, para caleg dapat bekerja dengan nyaman, menikmati gaji besar dengan fasilitas negara yang menggiurkan.Karena ibarat lowongan kerja, pemilu jadi rebutan banyak pengangguran, Simak saja caleg-caleg baru saat ini. Tidak banyak di antara mereka yang memiliki pekerjaan yang jelas, Mereka menjadi caleg ibarat melamar pekerjaan saja, yang kita takutkan kalau nanti lamaran mereka ditolak... ha.. ini lah yang paling berbahaya,bisa2 mereka nantik jadi gila/stress